bukuteks

Jika ditanya tentang siapa hantu yang paling kutakuti, aku pasti akan menyebut sebuah nama. Puluhan alasan bisa kutulis, tapi yang terkuat adalah karena sosok perempuan ini tidaklah tersa asing.

Semasa hidupnya dia kerap datang berkunjung ke rumah kakek dan nenek. Bersilaturahmi, membawa oleh-oleh, bercengkerama dengan keluarga, bahkan menginap sebelum kembali pulang ke rumahnya di luar kota. Kami semua menganggapnya bagian dari keluarga.

Setelah kematian, kishnya serta merta pergi. Namanya tetap disebut dalam perbincangan. Kali ini diiringi ketakutan yang tercipta karena penampakannya. Dia yang telah pergi, kembali datang. Mengetuk setiap jendela orang-orang yang dikenalnya semasa hidup, bermunculan dalam mimpi saudara-saudaraku, dengan benang merah meminta tolong.

Kini, aku mengumpulkan keberanian untuk menyatukan serpihan memori tentang dia yang kami sebut Samex. Tentu saja ini bukan nama sebenanrnya.