bukuteks

Usai membaca puisi itu, aku segera membuka lagi puisi berjudul “Apshara” yang masih kusimpan sejak di Dili. Kado natal pemberian Apoly. Aku benar-benar merasakan bahwa kami sungguh saling mencintai. Bersamanya adalah kebahagiaan terbaik yang mungkin pernah kuraih. Tapi entah, dan sudahlah. Kupandangi wajah anakku yang sedang terlelap. Ada perasaan membuncah dan campur baur yang sangat sulit dikatakan. Tuhan, kepada dan dalam kasih-Mu, aku berjalan.

Ketika itu aku pun segera mengingat kata-kata terakhir Apoly di bandara sesaat sebelum masuk ke ruang tunggu pesawat, “Shar, tepat sekali aku namai putrimu Apshara. Aku memaknainya sebagai malaikat. Dan ketahuilah, Tuhan telah menitipkan malaikat itu kepada tiap-tiap orang untuk dijaga dan menjaga.”

Apoly ada benarnya. Tuhan memang telah menitipkan malaikat kepada masing-masing orang. Tinggal bagaimana setiap orang menyadari kehadiran malaikat itu dalam hidupnya. Malaikat bisa hadir dalam diri putra dan putrid kita, bisa hadir dalam saudara, bisa hadir dalam sahabat, dan semuanya yang memungkinkan kita untuk hidup dan mencintai. Sekali lagi, hidup dan mencintai.